Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik,
kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan
mahkluk hidup, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.
Pencemaran udara adalah
masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat
mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia
secara umum serta menurunkan kualitas lingkungan.
Tingkat
pencemaran udara di Indonesia semakin memprihatinkan. Bahkan salah
satu studi melaporkan bahwa Indonesia menjadi negara dengan tingkat polusi
udara tertinggi ketiga di dunia. World Bank juga menempatkan Jakarta menjadi
salah satu kota dengan kadar polutan/partikulat tertinggi setelah Beijing, New
Delhi dan Mexico City..
Di Indonesia
sendiri, sebagaimana data yang dipaparkan oleh Pengkajian Ozon dan Polusi Udara
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Jawa Barat menduduki
peringkat polusi udara tertinggi di Indonesia.
Dari semua
penyebab polusi udara yang ada, emisi transportasi terbukti sebagai penyumbang
pencemaran udara tertinggi di Indonesia, yakni sekitar 85 persen. Hal ini
diakibatkan oleh laju pertumbuhan kepemilikan kendaraan bermotor yang tinggi.
Sebagian besar kendaraan bermotor itu menghasilkan emisi gas buang yang buruk,
baik akibat perawatan yang kurang memadai ataupun dari penggunaan bahan bakar
dengan kualitas kurang baik (misalnya kadar timbal yang tinggi). Kebakaran hutan
dan industri juga turut berperan.
Terjadinya pencemaran udara
Kelembaban udara bergantung pada konsentrasi uap air, dan
H2O yang berbeda-beda konsentrasinya di setiap daerah. Kondisi udara di
dalam atmosfer tidak pernah ditemukan dalam keadaan bersih, melainkan
sudah tercampur dengan gas-gas lain dan partikulat-partikulat yang tidak kita
perlukan. Gas-gas dan partikulat-partikulat yang berasal dari aktivitas alam
dan juga yang dihasilkan dari aktivitas manusia ini terus-menerus masuk ke
dalam udara dan mengotori/mencemari udara di lapisan atmosfer khususnya lapisan
troposfer. Apabila bahan pencemar tersebut dari hasil pengukuran dengan
parameter yang telah ditentukan oleh WHO konsentrasi bahan pencemarnya melewati
ambang batas (konsentrasi yang masih bisa diatasi), maka udara dinyatakan dalam
keadaan tercemar. Pencemaran udara terjadi apabila mengandung satu macam atau
lebih bahan pencemar diperoleh dari hasil proses kimiawi seperti gas-gas CO,
CO2, SO2, SO3, gas dengan konsentrasi tinggi atau kondisi fisik seperti suhu
yang sangat tinggi bagi ukuran manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Adanya
gas-gas tersebut dan partikulat-partikulat dengan konsentrasi melewati ambang
batas, maka udara di daerah tersebut dinyatakan sudah tercemar. Dengan
menggunakan parameter konsentrasi zat pencemar dan waktu lamanya kontak antara
bahan pencemar atau polutan dengan lingkungan (udara), WHO menetapkan empat
tingkatan pencemaran sebagai berikut:
- Pencemaran
tingkat pertama; yaitu pencemaran yang tidak menimbulkan kerugian bagi
manusia.
- Pencemaran
tingkat kedua; yaitu pencemaran yang mulai menimbulkan kerugian bagi
manusia seperti terjadinya iritasi pada indra kita.
- Pencemaran
tingkat ketiga; yaitu pencemaran yang sudah dapat bereaksi pada faal tubuh
dan menyebabkan terjadinya penyakit yang kronis.
- Pencemaran
tingkat keempat; yaitu pencemaran yang telah menimbulkan sakit akut dan
kematian bagi manusia maupun hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Dampak pencemaran udara
Dampak kesehatan
Dari
segi kesehatan, pencemaran udara dapat berakibat pada terganggunya kesehatan
dan pertumbuhan anak-anak. Misalnya anemia. Memang, di masa pertumbuhan sel-sel
darah merah terus diproduksi. Namun, karena masuknya timbal akan merusak sel
darah merah, maka jumlahnya makin lama makin berkurang dan akhirnya anak
menderita anemia.
Timbal yang masuk ke dalam tubuh juga akan merusak sel-sel darah merah
yang mestinya dikirim ke otak. Akibatnya, terjadilah gangguan pada otak. Hal
yang paling dikhawatirkan, anak bisa mengalami gangguan kemampuan berpikir,
daya tangkap lambat, dan tingkat IQ rendah. Dalam hal pertumbuhan fisik,
keberadaan timbal ini akan berdampak pada beberapa gangguan, seperti keterlambatan
pertumbuhan dan gangguan pendengaran pada frekuensi-frekuensi tertentu.
Pada orang dewasa, timbal dapat mempengaruhi sistem reproduksi atau
kesuburan. Zat ini dapat mengurangi jumlah dan fungsi sperma sehingga
menyebabkan kemandulan. Timbal juga mengganggu fungsi jantung, ginjal, dan
menyebabkan penyakit stroke serta kanker. Ibu hamil akan menghadapi risiko yang
tinggi jika kadar timbal dalam darahnya di ambang batas normal. Timbal ini akan
menuju janin dan menghambat tumbuh-kembang otaknya. Risiko lain adalah ibu
mengalami keguguran.
Yang perlu diketahui, timbal layaknya musuh dalam selimut. Awalnya, kadar
timbal yang tinggi dalam darah tidak akan menunjukkan gejala penyakit. Dampak
baru muncul dalam jangka panjang.
Sudah banyak studi yang dilakukan berkaitan dengan pencemaran timbal.
Pada tahun 2001 anak-anak pernah dijadikan sampel riset dampak timbal. Dari
sampel darah sebanyak 400 yang diambil dari siswa SD kelas II dan III di
Jakarta, hasilnya sekitar 35 persen sampel ternyata memiliki kadar timbal dalam
darah di atas normal. Angka ini berarti melebihi ambang batas kadar timbal pada
tubuh anak-anak yang ditetapkan CDC (Center for Deseases Control and
Prevention) yang hanya 10 mikrogram per desiliter.
dampak lingkungan
Menghambat
fotosistesis tumbuhan. Terhadap tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi dapat
terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain klorosis, nekrosis,
dan bintik hitam. Partikulat yang terdeposisi di permukaan tanaman dapat
menghambat proses fotosintesis.
Menyebabkan
hujan asam. pH biasa air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di
atmosfer. Pencemar udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan
membentuk asam dan menurunkan pH air hujan. Dampak dari hujan
asam ini antara lain: Mempengaruhi kualitas air permukaan, Merusak
tanaman, Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga
mempengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan, serta Bersifat korosif
sehingga merusak material dan bangunan.
Meningkatkan
efek rumah kaca. Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2,
CFC, metana, ozon, dan N2O di lapisan troposfer yang menyerap radiasi
panas matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi. Akibatnya panas
terperangkap dalam lapisan troposfer dan menimbulkan fenomena pemanasan
global. Pemanasan global sendiri akan berakibat pada; Pencairan es di kutub,
Perubahan iklim regional dan global, Perubahan siklus hidup flora dan fauna.
Kerusakan
lapisan ozon. Lapisan ozon yang berada
di stratosfer (ketinggian 20-35 km) merupakan pelindung alami bumi
yang berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B dari matahari.
Pembentukan dan penguraian molekul-molekul ozon (O3) terjadi secara alami di
stratosfer. Emisi CFC yang mencapai stratosfer dan bersifat sangat stabil
menyebabkan laju penguraian molekul-molekul ozon lebih cepat dari
pembentukannya, sehingga terbentuk lubang-lubang pada lapisan ozon. Kerusakan
lapisan ozon menyebabkan sinar UV-B matahri tidak terfilter dan dapat
mengakibatkankanker kulit serta penyakit pada tanaman.
Pencemaran Udara Yang Terjadi Di
Indonesia
Indonesia
merupakan negara di dunia yang paling banyak memiliki gunung berapi (sekitar
137 buah dan 30% masih dinyatakan aktif). Oleh sebab itu Indonesia mudah
mengalami pencemaran secara alami. Selain itu adanya kebakaran hutan akibat
musim kemarau panjang ataupun pembakaran hutan yang disengaja untuk memenuhi
kebutuhan seperti terjadi di Kalimantan dan di Sumatera dalam tahun 1997 dan
tahun 1998 menyebabkan terjadinya pencemaran yang cukup menghawatirkan, karena
asap tebal hasil kebakaran tersebut menyeberang ke negara tetangga seperti
Singapura dan Malaysia. Asap tebal dari hasil kebakaran hutan ini sangat merugikan,
baik dalam segi ekonomi, transportasi (udara, darat dan laut) dan kesehatan.
Akibat asap tebal tersebut menyebabkan terhentinya alat-alat transportasi
karena dikhawatirkan akan terjadi tabrakan. Selain itu asap itu merugikan
kesehatan yaitu menyebabkan sakit mata, radang tenggorokan, radang paru-paru
dan sakit kulit. Pencemaran udara lainnya berasal dari limbah berupa asap yang
dihasilkan dari pembakaran bahan bakar kedaraan bermotor dan limbah asap dari
industri.
Cara penanggulangannya
Untuk dapat menanggulangi
terjadinya pencemaran udara dapat dilakukan beberapa usaha antara lain:
mengganti bahan bakar kendaraan bermotor dengan bahan bakar yang tidak
menghasilkan gas karbon monoksida dan diusahakan pula agar pembakaran yang
terjadi berlangsung secara sempurna, selain itu pengolahan/daur ulang atau
penyaringan limbah asap industri, penghijauan untuk melangsungkan proses
fotosintesis (taman bertindak sebagai paru-paru kota), dan tidak melakukan
pembakaran hutan secara sembarangan, serta melakukan reboisasi/penanaman
kembali pohon-pohon pengganti yang penting adalah untuk membuka lahan tidak
dilakukan pembakaran hutan, melainkan dengan cara mekanik. Dan yang paling
terpenting, semua itu kembali ke kesadaran manusia itu sendiri. Apabila mereka
melakukan hal yang baik maka akan mendapatkan hal baik pula, begitupun
sebaliknya.
Kesimpulan
Pencemaran udara tentunya akan berdampak buruk bagi kehidupan karena udara adalah salah satu komponen terpenting di bumi. Seluruh makhluk hidup di bumi membutuhkan udara untuk kelangsungan hidupnya.
Pencemaran udara tentunya akan berdampak buruk bagi kehidupan karena udara adalah salah satu komponen terpenting di bumi. Seluruh makhluk hidup di bumi membutuhkan udara untuk kelangsungan hidupnya.
Kandungan udara
terdiri atas oksigen, nitrogen, uap air, karbon dioksida dan gas-gas lain yang
berguna untuk kelangsungan hidup mahkluk di bumi.
Seiring
perkembangan zaman, dan pesatnya pembangunan di muka bumi, komposisi udara di
bumi sudah mulai tercemar. Pencemaran udara terjadi karena banyaknya
pembangunan dan perkembangan zaman yang tidak memperhatikan aspek lingkungan
misalnya udara, air dan tanah.
Di atas telah
Anda pelajari bahwa pencemaran udara dapat memberikan dampak negatif bagi
makhluk hidup, manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Kebakaran hutan dan gunung
api yang meletus menyebabkan banyak hewan yang kehilangan tempat berlindung,
banyak hewan dan tumbuhan mati bahkan punah. Gas-gas oksida belerang (SO2 dan SO3)
bereaksi dengan uap air, dan air hujan dapat menyebabkan terjadinya hujan asam
yang dapat merusak gedung-gedung, jembatan, patung-patung sehingga
mengakibatkan tumbuhan mati atau tidak bisa tumbuh. Gas karbon monoksida bila
terhisap masuk ke dalam paru-paru bereaksi dengan haemoglobin menyebabkan
terjadinya keracunan darah dan masih banyak lagi dampak negatif yang disebabkan
oleh pencemaran udara.
Pencemaran
udara selain memberikan dampak negatif, juga dapat memberikan dampak positif
antara lain, lahar dan partikulat-partikulat yang disemburkan gunung berapi
yang meletus, bila sudah dingin menyebabkan tanah menjadi subur, pasir dan
batuan yang dikeluarkan gunung berapi yang meletus dapat dimanfaatkan sebagai
bahan bangunan. Gas karbon monoksida bila bereaksi dengan oksigen di udara
menghasilkan gas karbon dioksida bisa dimanfaatkan bagi tumbuh-tumbuhan untuk
melangsungkan fotosintesis untuk menghasilkan karbohidrat yang sangat berguna
bagi makhluk hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar